Saturday, April 2, 2016

Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Harus Bertanggung Jawab Atas Kasus Suryani dan Anaknya

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) KOTA BANDA ACEH.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) KOTA BANDA ACEH. (ACEHPROV.GO.ID)
Putri's blog, BANDA ACEH — Hampir di seluruh Rumah Sakit yang ada di indonesia terutama Aceh kerap sekali memberikan pelayanan buruk kepada pasiennya. Kali ini Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda Aceh. Banyak masyarakat di Aceh mengeluhkan pelayanan kesehatan.

Selama ini kejadian-kejadian itu hanya sebatas kita dengar dari mulut kemulut saja atau melalui media massa, banyak masyarakat yang tidak berani melapor atau tidak mau berurusan dengan pihak RS karena merasa tidak ada solusinya, dan pemerintahpun tinggal diam dengan berbagai keluhan dari masyarakat.


TTak ada tindakan tegas bagi pelaku dan bagi RS yang memberikan pelayanan yang buruk, bahkan pihak persatuan dokter-dokter yang di kenal dengan IDI dan Dewan Etik Kedokteran seakan melindungi koleganya, sehingga para pelaku merasa di atas angin.

Suryani dan anaknya warga gampong Lambatee Kecamatan Darul Imarah menjadi salah satu korban ketidak pedulian dari pihak Rumah Sakit hingga harus meregang nyawa dan ini adalah bukti catatan buruk pelayanan di RSIA Banda Aceh. Hal tersebut bukan saja terjadi pada Suryani, dari informasi yang diperoleh media HARIANACEH.co.identity, banyak catatan terkait kasus pembiaran yang dialami pasien saat akan berobat ke Rumah Sakit, namun hal ini tidak pernah diangkat kepermukaan karena mungkin minimnya pengetahuan masyarakat dan masyarakat tidak berani mengadu akan kejadian ini.

"Kasus-kasus yang selalu terjadi di Rumah Sakit kalau kita ingin membukanya sebenarnya banyak sekali, namun agak sulit sekali untuk ditindak-lanjuti, karena sudah pasti IDI (Ikatan Dokter Indonesia) akan membackup koleganya habis-habisan," jelas Saifullah Hayati Nur saat ditanyai wartawan HARIANACEH.co.id.

Ia juga menjelaskan beberapa kasus yang pernah dialami orang tuanya sampai harus meregang nyawa karena pembiaran oleh tim medis yang menggunakan anak-anak KOAS.
"Ayah saya dibiarin sama mereka di IGD Rumah Sakit Zainal Abidin, ketika situasi sudah genting dan harus segera diambil tindakan resusitasi jantung paru-paru atau CPR, baru semua kelabakan, semua sibuk, ada yang sibuk melarikan diri ada juga yang benar-benar fokus pada tindakan medis, sampai akhirnya orang tua saya tidak tertolongkan," sambung Saifullah Hayati Nur.

"Dulu, orang tua saya sempat waktu di Medan dilarikan oleh tukang becak ke Rumah Sakit Advent Medan karena tiba-tiba sesak nafas setelah mengkonsumsi Asam Keu'eng di Gajah Mada, akhirnya Asam Lambungnya kambuh dan bahkan orang tua saya sampai tidak sadarkan diri, namun penanganan RS Advent Medan justru bertolak belakang dengan pelayanan kesehatan di Aceh, saya tidak tahu kenapa, orang tua saya sendiri lho waktu itu, hanya diantarkan oleh tukang becak. RS Advent langsung melayaninya dan ditangani pada tindakan darurat, bahkan waktu itu saya sempat bertanya kepada salah satu dokter di sana saat saya dan ibu tiba di Medan keesokan harinya, dok waktu menerima pasien ini ada ditanyakan KTP, Jaminan dan lain-lainnya?, dokter tersebut dengan rasa tanggung jawab yang luar biasa menjawab kepada saya, yang penting kami harus bisa menanganinya dulu, soal administrasi pasti diurus oleh pihak keluarga dan saya percaya itu." ceritanya kepada HARIANACEH.co.id.

"Tahu tidak, Itu rumah Sakit Advent Rumah sakit Swasta lho, seharusnya, jika kita gunakan logika showcasing, yang harus diurus semestinya adminitrasi dulukan? tapi RS Advent Medan justru menangani pasien dulu baru administrasi jika pasien sendirian, kalau ada keluarga yang mendampingi pasti diurus pihak keluarga, Nah saya tidak tahu kenapa RS-RS di Aceh lebih mementingkan administrasi ketimbang menangani pasien."

Example Rumah Sakit Advent Medan
Gambar dari Graphic

Saat HARIANACEH.co.id menayakan soal apa yang harus diperhatikan pemerintah kepada RS-RS yang ada di Aceh, pria yang kerap disapa ipul ini menyebutkan, "Khususnya Pemerintah Kota Banda Aceh harus ekstra perhatian kepada palayanan-pelayanan kesehatan seperti ini. Setidaknya Pemkot harus bisa menempatkan tim pengawas Independen apakah itu dari LSM, IDI atau dari Pemkot itu sendiri (Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh) di setiap Rumah Sakit Negeri yang ada di Kota Banda Aceh, agar masyarakat yang kondisinya darurat langsung bisa di-evaluation (baca: didampingi, red) oleh tim pengawas tersebut. Jadi ada pelayanan yang dianggap remarkable khsusunya pada kasus-kasus darurat."

"Kasus Suryani, menurut hemat saya itu salah satu kasus darurat, ibu yang harus melahirkan cabang bayi," tegasnya lagi.

"Jadi buat ke depannya, Anggota DPRK, Wali Kota dan instansi yang terkait soal pelayanan kesehatan harus ekstra perhatian, Isu kesehatan ini pasti jadi barang eceran mereka saat kampanye, nah kalau ini jadi komuniditas mereka-mereka para politisi saat kampanye, jangan sampai lengah donk, dan harapan saya kepada masyarakat untuk tidak takut menyampaikan keluh-kesahnya kepada media agar isu penting ini bisa secara cepat jadi perhatian publik," tutup Saifullah Hayati Nur. (HAI/Azvira) Repost (Ghaly)

Sumber : https://www.harianaceh.co.id/2016/03/31/rsia-harus-bertanggung-jawab-atas-kematian-suryani-dan-anaknya/

0 komentar